Langkau ke kandungan utama

Catatan

Tunjukkan catatan dari April, 2012
‎10 Nasihat Ibnul Qayyim Untuk Bersabar Agar Tidak Terjerumus Dalam Lembah Maksiat Assalamualaikum wr.wb Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul paling mulia. Amma ba’du. Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat: 1. hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat.... Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya. 2. merasa malu kepada Allah…Karena sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan d
Pemberi syafaat (recommendation) Dari Usman bin Affan r.a, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Di hari kiamat, yang memberi syafaat tiga golongan, yaitu para Nabi, kemudian ulama, kemudian syuhada” (H.R. Ibnu Majah). 8 Golongan yang boleh memberikan syafaat di hari Kiamat dengan izin Allah ialah:- ... Quran (pemberi syafaat yang paling besar kerana ia adalah kalam Allah). Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya: “Bacalah al- Quran kerana ia akan datang pada Hari Akhirat kelak sebagai pemberi syafaat kepada tuannya.” Dalam hadith yang lain pula “Pada hari Kiamat nanti, di hadapan Allah swt , bukan Nabi,bukan malaikat dan sebagainya“.tidak akan ada syafaat yang mempunyai taraf yang lebih tinggi daripada Al-Quran Para Malaikat. An-Najm[26] (Golongan yang musyrik mengharapkan pertolongan benda-benda yang mereka sembah itu) padahal berapa banyak malaikat di langit, syafaat mereka tidak dapat mendatangkan sebarang faedah, kecuali sesudah Allah mengizinkan bagi sesiapa yang dikeh
BERMAKNA "IBADAH" Seorang teman, perempuan bercerita kepada saya, Bahwa ia pada suatu saat pernah juga "menyesali" pernah pernikahannya. Pada saat ia mencuci baju suami dan anak2 nya, di dalam hati ia berkata : ... "Yah ... ternyata menikah itu begini .... harus mengurus suami, anak2, rumah". Sementara ia sendiri bekerja. Namun syukurlah itu tidak berlangsung lama. Karena ia segera memberikan makna bahwa "semua itu ia lakukan dengan memberikan makna dan niat IBADAH". Maka pandangan, sikap dan perilakunya pun berubah. Ia menjadi lebih bersemangat dan menikmati pernikahannya. Tanpa saya sadari, itupun mengingatkan awal2 pernikahan saya. Saya juga merasakan hal yang sama. Ketika istri saya hamil dan masih bekerja dan romantisme "bulan madu sudah lama pudar" .... Sementara saya yang membayangkan bahwa dengan pernikahan pekerjaan saya bisa bertambah ringan, tapi malahan semakin banyak tanggung jawab yang harus di hadapi. Untungl